Rabu, 16 Mei 2012

Analisis tokoh dari teori Humanistik


KH Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur . Beliau lahir di Jombang, Jawa Timur 7 September 1940. Beliau adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik serta menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Beliau menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Gus Dur menderita banyak penyakit, bahkan sejak ia mulai menjabat sebagai presiden. Ia menderita gangguan penglihatan sehingga seringkali surat dan buku yang harus dibaca atau ditulisnya harus dibacakan atau dituliskan oleh orang lain. Walaupun beliau memiliki kekurangan dalam penglihatannya, beliau masih dapat menjalankan kepemimpinannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Bahkan beliau memiliki penghargaan pada tahun 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori Community Leadership. Beliau dinobatkan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai kawasan Pecinan pada tanggal 10 Maret 2004. Serta Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiesenthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan Hak Asasi Manusia. Wahid mendapat penghargaan tersebut karena menurut mereka ia merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM. Dan masih banyak lagi.
 Itu semuanya yang membuat kita bangga kepadanya, walaupun beliau memiliki kekurangan dalam hal fisik (penglihatan) tetapi tidak membuat beliau menjadi patah semangat dalam memimpin maupun berkarya. Begitu juga kita, walaupun kita memiliki kekurangan dalam hal fisik kita harus yakin, bahwa kita mampu untuk melakukan semua potensi yang kita miliki. Oleh karena itulah kelebihan (potensi-keyakinan) yang kita miliki, akan selalu menutupi kekurangan yang kita miliki serta hambatan-hambatan yang kita hadapi.


·         Berdasarkan tokoh yang dimaksud diatas, menurut saya sesuai dengan teori Humanistik yang dimiliki oleh Abraham Maslow dalam teori Hirarki Kebutuhan (Aktualisasi Diri).  Berikut penjelasannya :

·        Pendekatan Maslow terhadap kepribadian
1. Manusia memiliki potensi untuk bertumbuh dan berkembang. Meskipun manusia dapat mempengaruhi oleh pengalaman masa kanak-kanak, namun manusia bukanlah korban dari pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Manusia memiliki potensi lebih banyak daripada yang mereka capai.

·         Motivasi kepribadian sehat menurut Maslow
1  Setiap manusia memiliki tendensi untuk Aktualisasi Diri, dimana individu harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih rendah terlebih dahulu tingkatannya dalam hierarki Maslow.
2    Tingkatan kebutuhan Maslow :
a.       Kebutuhan fisiologis
b.      Kebutuhan akan rasa aman
c.       Kebutuhan akan cinta dan memiliki
d.      Kebutuhan akan penghargaan
e.       Kebutuhan akan aktualisasi diri

·         Sifat-sifat pengaktualisasi diri
1. Mengamati realitas secara efisien.
Beliau melihat atau memandang dunia sebagaimana adanya, walaupun ia memiliki kekurangan dalam penglihatannya.

2. Penerimaan umum atas kodrat orang lain.
Walaupun beliau memiliki kekurangan dalam dirinya sendiri, ia tetap menerima kelemahan dan kekuatan diri sendiri yang dimiliki tanpa keluhan apapun dan memaklumi kelemahan orang lain.

3. Spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran.
Beliau walau memiliki kekurangan dalam hal fisik, dalam bertingkah laku sebagai presiden beliau memperlihatkan tanpa pura-pura dalam menjalankan perannya sebagai presiden serta dapat memperlihatkan emosi secara jujur dalam menanggapi dan member pendapat terhadap masalah-masalah dikepresidenan.

4. Focus pada masalah di luar diri.
Melibatkan diri pada pekerjaan, maksudnya beliau mendedikasikan dirinya terhadap pekerjaan yang dimiliki sebagai presiden saat itu. Kemudian beliau merasakan adanya kepuasan untuk bekerja lebih keras agar Indonesia yang dipimpin olehnya dapat lebih maju lagi dimata dunia dan itu semua beliau lakukan bukan karena penghasilan yang didapat.

5. Kebutuhan akan privasi dan independensi.

6. Berfungsi secara otonom.

7. Apresiasi yang segar.

8. Pengalaman.

9. Minat social.
Beliau memiliki rasa empati, afeksi, keinginan membantu, serta merasa satu pertalian keluarga dengan semua orang.

10. Hubungan antarpribadi
Mengadakan hubungan yang lebih kuat dengan orang lain selama menjalankan perannya sebagai presiden.

11. Struktur watak demokratis.
Maksudnya menerima semua orang tanpa memperlihatkan perbedaan, toleransi.

12. Membedakan tujuan dan cara, serta membedakan baik dan buruk.
Beliau dalam menjalankan perannya sebagai presiden sangat mengerti apa yang ingin dituju dan cara mencapainya agar Indonesia dapat lebih maju serta memiliki nilai positif dimata dunia, dan beliau dapat membedakan baik danburuk, benar dan salah terhadap pendapat masyarakat Indonesia serta masalah-masalah yang ada di Indonesia.

13.  Humor yang tidak menimbulkan permusuhan.
Walaupun ia memiliki kekurangan dalam hal fisik, beliau memiliki senyuman dan humor yang tidak menyakiti perasaan orang lain maupun keluarganya sendiri.